Agama sebuah kata yang seringkali ditautkan dengan esensi dari ke-Tuhanan itu sendiri. Bahwa agama merupakan representasi dari wahyu Tuhan, dan terkadang agama itu dianggap sebagai Tuhan dalam seutuhnya. Tentu hal ini kemudian menjadi kabur, Tuhan dan esensinya menjadi hilang dan berbalur dengan apa yang dinamakan agama. Saya membaca Minnie blog dari Glen Fredly yang menurut saya merupakan filosofi dasar dan menggelitik sekaligus cukup memberikan orang waktu untuk berpikir selama 5 menit. Glen megatakan “jika agama itu di-Tuhankan, maka esensi dari Tuhan itu sendiri menjadi hilang. Masuk akal? Sangat! Karena jika manusia mulai men-Tuhankan agama, maka yang kemungkinan besar muncul sebagai impak dari hal ini adalah sebuah fanatisme sempit dan berlebihan dimana implikasi yang muncul menjadi sebuah chaos yang pada hakikatnya bertentangan dengan esensi agama dan ke Tuhanan itu sendiri. Jika kemudian kita melihat ke belakang, semua agama besar yang muncul di dunia mendapatkan pertentangan besar dan tidak diakui oleh masyarakat. Agama Yahudi yang dasarnya adalah agama yang pertama kali mengenal apa itu Tuhan, mendapatkan pertentangan dari orang mesir sehingga mereka harus dituntun oleh nabi Musa untuk bisa keluar dari Mesir dan lari dari kejaran Firaun menuju ke tanah yang mereka sebut sebagai tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka yang sekarang dikenal sebagai Israel, agama Yahudi bertahan sekian lamanya dan menunggu Mesias mereka yang sampai sekarang belum muncul. Kemudian muncul Yesus yang mendapatkan pertentangan besar-besar-an dari orang orang Yahudi yang bahkan dibunuh dan disalibkan di bukit Golgota, karena menyebut diri-Nya sebagai Mesias dan raja orang Yahudi, peristiwa ini kemudian menjadi kemunculan umat Nasrani. kemudian muncul agama Islam melalui Nabi Muhammad S.A.W yang kemudian mendapatkan pertentangan lagi dari masyarakat dan umat Nasrani, bahkan munculnya perang salib yang berkepanjangan. Jika kita lihat lagi sejak jaman Firaun, bukankah setiap kemunculan Nabi yang membawa suatu ide akan agama merupakan peristiwa yang sebenarnya merupakan perputaran peristiwa yang sama?
Apakah hal ini kemudian harus ditanggapi dengan sebuah perasaan sakit hati? Jika kita bisa lebih bijak menyikapi peristiwa sejarah yang telah terjadi, maka pembelajarannya adalah, apa yang telah terjadi dikesampingkan sebagai sebuah sejarah kelam yang tidak perlu diulangi lagi akibat suatu ide fanatisme yang sempit. Bukankah semua agama pada saat ini telah mempunyai pengikut-pengikutnya sendiri yang seharusnya membuat dunia ini menjadi lebih indah dan berwarna. Aturan-aturan hidup yang mendasar telah diatur ddidalam masing-masing agama, kenapa hal ini tidak bisa membuat kita semua hidup berdampingan dalam suatu keharmonisan yang ragami? Bukankah semua agama itu mengedepankan suatu kedamaian? Kenapa esensi dasar dari agama itu sendiri harus dirusak dengan suatu kebencian akan suatu ide yang berlawanan? Indah-nya hidup bernegara jika semua agama hidup berdampingan untuk menciptakan suatu kedamaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar