hari ini sepertinya akan ada gerakan dari masyarakat yang merasa mendapat ketidak adilan baik itu dari pemerintah maupun pihak pengusaha (pengembang), kasus ini adalah salah satu contoh kasus struktural yang kami tangani selama ini.
sebenarnya masalah yang dialami sangat simpel, seharusnya sebagai pihak pengusaha, didalam membuka lahan, masyarakat sekitarnya haruslah mendaatkan kompensasi dalam bentuk apapun juga, entah itu pembangunan tempat ibadah, saluran air, pos, jalan atau apalah. Tetapi justru kebalikan yang terjadi, kali ini pengembang malah tidak memberikan suatu kontribusi kepada masyarakat yang sudah memukimi desa tersebut selama puluhan tahun, malah sebaliknya Fasilitas Umum yang dibangun oleh masyarakat desa sendiri dipakai oleh pihak pengembang, contohnya jalan desa dipakai sebagai tempat lalu-lalang mobil dan truk-truk proyek sehingga menimbulkan kerusakan yang notabene merugikan masyarakat desa itu sendiri.
bagaimana mungkin masyarakat desa bisa menerima hal ini dan berdiam diri? protes demi protes, keberatan demi keberaatan telah diumumkan dan diberikan kepada pihak pengembang, namun "rawe-rawe rantas, malang-malang putung". peduli setan dengan masyarakat, yang penting pengusaha untung. dan lebih konyolnya lagi, segala ijin yang diperlukan untuk pembangunan properti telah dikantongi oleh pengembang tersebut. Bagaimana ini mungkin? padahal proses mendapatkan ijin tersebut haruslah mendapatkan persetujuan dari masyarakat sekitar. contoh: untuk bisa mendapatkan ijin mendirikan bangunan (IMB) seseorang haruslah mendapatkan persetujuan dari tetangga kiri, kanan, depan, belakang, ketua RT, RW dan kelurahan. bagaimana si pengembang bisa mengantongi IMB sedangkan masyarakat sekitar tidak ada yang menandatangani ijin tidak keberatan tersebut? kemudian hal ini menimbulkan suatu pertanyaan, ada apa sebenarnya dibalik ini semua? apa ini surat sulapan? sampai kapankah fenomena seperti ini akan terus terjadi di era yang katanya reformasi? sampai kapankah pemerintah hanya diam melihat rakyat ditindas dan berteriak tanpa ada jawaban?
jika hari ini kami tidak berteriak meminta keadilan, maka besok dan besok akan kami teriakkan agar dijunjung tingginya keadilan, sampai bumi tidak berpijak, langit tidak berawan, kami dan masyarakat tidak akan bungkam untuk menutupi ketidak adilan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar